Sejatinya, media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Platform canggih ini dimanfaatkan untuk mengunggah foto, berita, maupun konten lainnya. Selain diperlukan strategi konten media sosial yang matang, analisis data pun tak kalah penting. Pertanyaan sesungguhnya, apakah pemanfaatan algoritma yang masih menjadi misteri ini penting ketika hendak merancang konten? Jawabannya tentu saja penting! Sebab, era disrupsi digital kala ini menuntut content creator untuk sigap dalam pembaruan algoritma setiap saat.
Menurut Tribun News, algoritma media sosial lah yang mengambil kendali terhadap keputusan pembuatan konten berdasarkan preferensi dan perilaku audiens terhadap konten Anda. Elemen yang satu ini berfungsi untuk menyaring dan mengurutkan konten yang paling relevan, menarik, dan bermanfaat bagi setiap audiens. Beberapa manfaat utama dari penggunaannya, yaitu personalisasi pengalaman audiens, konten yang lebih relevan, efisiensi dalam berinteraksi, peningkatan retensi pengguna, dll. Cara kerja algoritma ini tentunya mengandung sejumlah elemen yang kompleks, sebagai berikut.
1. Engagement Akun Media Sosial
Algoritma media sosial sejatinya cenderung memberikan prioritas lebih tinggi pada konten yang memiliki engagement (keterlibatan) yang tinggi pula. Karena itu, interaksi yang dilakukan oleh audiens seperti likes, comments, shares, dsb merupakan bukti konkret bahwa konten Anda relevan atau menarik bagi mereka. Ketika melihat angka engagement setiap bulan atau tahun, Anda memerlukan metrik lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih besar. Salah satu triknya adalah memahami engagement secara umum dan bagaimana cara menganalisisnya pada tingkat mikro. Misalnya, akun Anda memiliki pengikut sebanyak 1.000 dan mendapatkan like di postingan sebanyak 100, artinya engagement akun Anda sebesar 1%.
2. Timeliness Konten
Timeliness atau yang kerap disebut sebagai ketepatan waktu merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan oleh content creator. Konsep ini berfokus pada ide bahwa konten yang baru diunggah mempunyai peluang lebih tinggi untuk ditampilkan di halaman media sosial audiens. Faktor ketepatan waktu ini dapat memastikan bahwa pengguna selalu mendapatkan informasi terbaru. Tidak dapat dimungkiri, pergerakan tren dalam media sosial saat ini berkembang dengan cepat. Dengan demikian, timeliness mampu untuk memprioritaskan konten yang baru dan segar agar pengguna dapat tetap up-to-date di era yang dinamis ini.
3. User Behavior
Customer experience adalah segalanya, dan user behavior atau perilaku pengguna dapat memantau serta menganalisis interaksi audiens dengan konten di platform media sosial. Studi ini harus dilakukan guna memahami user dan proses yang mereka gunakan saat berinteraksi dengan konten Anda. Tidak hanya itu, perilaku pengguna ini termasuk tanggapan emosional dan mental. Melalui elemen yang satu ini, algoritma dapat memahami minat dan preferensi audiens, mencatat pilihan konten, dan memberikan rekomendasi konten serupa. Apabila berhasil mengutamakan dan meningkatkan customer experience, Anda dapat membuat konten yang menonjol dibandingkan konten lainnya.
4. Click-Through Rate (CTR)
Metrik Click-Through Rate (CTR) dalam algoritma media sosial digunakan untuk mengukur seberapa sering audiens mengklik tautan atau konten yang Anda unggah. CTR sendiri dapat dihitung dengan membagi jumlah klik tautan dengan jumlah tampilan (impression). Selanjutnya, hasil perhitungan ini dikalikan dengan 100 untuk mendapatkan persentase CTR. Dalam konteks algoritma, semakin tinggi CTR, maka semakin banyak audiens yang tertarik dengan konten Anda dan memutuskan untuk mengkliknya. Namun, indikator ini tidak memberikan gambaran lengkap tentang kualitas konten atau dampak keseluruhan kampanye. Apabila konten Anda memiliki nilai CTR yang tinggi, tetapi audiens tidak melakukan tindakan lebih lanjut, maka efektivitas konten tersebut dapat dipertanyakan.
5. Feedback Loop
Bukan rahasia umum lagi jika feedback loop dalam algoritma media sosial mengacu pada siklus interaksi oleh audiens terhadap konten Anda. Lantas, respon pengguna sebagai elemen krusial dapat menjadi masukan bagi algoritma untuk memodifikasi konten. Strategi ini dilakukan guna mencapai hasil yang lebih sesuai dengan preferensi dan minat audiens. Proses feedback loop sendiri meliputi, pemantauan dan pengumpulan data, analisis data, dan penyesuaian algoritma. Apabila rutin menjalankan feedback loop, maka algoritma media sosial pun dapat menciptakan pengalaman yang menarik bagi audiens sering waktu.
Dengan memahami elemen yang terkandung dalam algoritma media sosial, adaptasi terkait jenis konten yang diunggah cenderung mudah untuk dilakukan. Namun, inisiatif untuk menciptakan variasi konten pun harus tetap dijalankan. Sebab, kumpulan data dalam media sosial ini pun memiliki sejumlah tantangan terkait transparansi dan manipulasi data. Masyarakat khawatir hal ini dapat menciptakan gelembung informasi dan mengurangi keragam pandangan dalam media sosial. Menyoroti tantangan ini, penting bagi content creator untuk rutin mengembangkan algoritma yang seimbang guna meningkatkan mengurangi dampak negatifnya.